Baca Juga
Kisah perjuangan seorang ibu senantiasa
mengundang decak kagum setiap manusia. Meski diulang-ulang, kisah-kisah
serupa tak akan pernah usang. Bahkan selalu menghasilkan perenungan baru
yang mencerahkan. Diantara yang menjelaskan alasannya, karena sang ibu
selalu menjalani perjuangnnya dengan tulus, sama sekali tak berharap
balas dari sesamanya.
Kisah ini terjadi di sebuah negara bagian
Amerika Serikat. Sepasang suami-istri itu amatlah mendambakan hadirnya
buah hati sebagai wujud cinta keduanya. Berupaya sejak hari pertama
pernikahan, nyatanya rezeki itu belum mereka terima. Keduanya tetap
mengeja sabar dan tak sekalipun putus asa.
Seperti mendapati simalakama, kabar
kehamilan sang istri didapat saat usianya melewati angka 40 tahun.
Sebuah dilema tentunya. Meski kuasa Tuhan di atas segalanya, perihal
medis amatlah penting untuk diperhatikan. Setelah melakukan periksa,
alhamdulillah, sang istri positif hamil.
Hari selepas itu, adalah pertambahan
cinta antara keduanya. Bunga semakin mekar, mentari cerah bersinar,
kicau burung nan inspiratif, semilir angin menyejukkan dan sejuk nan
mendominasi. Sebuah gambaran bahagia yang tak habis untuk dikisah.
Namun,beberapa pekan setelahnya, sang ibu
sering merasakan sakit kepala parah, penglihatan ganda dan tremor yang
melanda setiap inchi tubuhnya. Benar-benar menyiksa. Akhirnya, mereka
sepakat untuk kembali memeriksakan diri.
Setelah melewati pemeriksaan seksama, dengan CT Scan dan sebagainya, ternyata ia divonis mendertia kanker kepala dan leher stadium lanjut. Atas sakit yang dideritanya itu, dokter memberinya opsi.
Setelah melewati pemeriksaan seksama, dengan CT Scan dan sebagainya, ternyata ia divonis mendertia kanker kepala dan leher stadium lanjut. Atas sakit yang dideritanya itu, dokter memberinya opsi.
Opsi yang amat sulit. Kata dokter, ia
harus memilih menyembuhkan penyakitnya atau memelihara kandungan hingga
bayi terlahir dengan selamat. Pasalnya, untuk pengobatan kanker harus
dilakukan terapi kimia. Namun, jika itu dilakukan, maka sang janin
otomatis akan terganggu dan bisa mati di dalam rahim.
Dengan amat tegas, sang ibu memastikan,
“Abaikan kankerku, biarkan anak ini lahir dengan selamat.” Allahu Akbar.
Beginilah kasih seorang ibu. Bahkan ia berani bertaruh nyawa.
Sementara, ia sama sekali tak mendapat jaminan bahwa kelak yang terlahir
adalah anak yang shalih.
Sebulan setelah itu, sang ibu ambruk
karena sakitnya semakin parah. Tumor telah membungkus sekitar batang
otaknya. Sekitar lima bulan kemudian, kanker sang ibu semakin
menjadi-jadi. Hingga sang dokter harus melakukan operasi caesar untuk
menyelamatkan sang bayi.
Alhamdulillah, bayi lahir dengan selamat. Meski harus dirawat intensif karena beratnya hanya 0,9kg dan kondisinya sangat lemah.
Sedihnya, anak dan ibu itu harus dirawat
di ruang yang berbeda dan mustahil disatukan. Sampai akhirnya, salah
satu suster yang merawat sang ibu mengusulkan kepada pihak dokter dan
rumah sakit agar bayi itu didekatkan kepada sang ibu, meski sejenak.
Peristiwa amat mengharukan itu pun
terjadi. Seisi kamar ruangan perawatan itu hanya diam ketika bayi dan
ibunya yang amat lemah saling berpandangan dalam hitungan detik.
Terlihat jelas, ada kasih sayang, syukur, dan haru yang tak bisa dilukis
dengan apa pun, dan hanya diketahui oleh bayi dan ibunya.
Tepat tiga hari setelah peristiwa itu, sang ibu meninggal. [Pirman]
sumber : kisahikmah.com
Kisah Ibu yang Korbankan Nyawa demi Anaknya
4/
5
Oleh
jufrie